Sabtu, 28 November 2015

PERSAHABATAN SENIKMAT MARTABAK PELANGI



PERSAHABATAN SENIKMAT MARTABAK PELANGI
Cerpen Monica Rizqi Fatmawati
Pada pagi yang cerah, saat mentari mulai menampakkan sinarnya dan terdengar kicauan burung yang menyambut hangatnya pagi. Di depan sebuah rumah kontrakan yang kira-kira memiliki panjang delapan meter dan lebar tiga meter terlihat dua orang laki-laki yang sedang bersiap-siap untuk pergi mencari rezeki. Mereka berdua adalah Bima dan Zayyin, laki-laki yang sama-sama berusia dua puluh satu tahun dan merupakan teman akrab sejak SMA itu adalah penjual martabak manis atau yang sering disebut martabak terang bulan, karena bentuknya yang mirip seperti bulan namun ada juga yang menyebutnya sebagai martabak bangka. Martabak merupakan makanan khas yang berasal dari kota kecil yang berada di provinsi Jawa Tengah yang juga terkenal dengan bahasa 'ngapak'-nya yaitu Kota Tegal tepatnya di Desa Lebaksiu, Kabupaten Tegal. Makanan ini terbuat dari campuran tepung terigu, soda kue, telur ayam, santan, air, dan ragi yang kemudian dipanggang diatas penggorengan besi tebal khusus sehingga adonan kue itu menjadi matang dan bersarang. Sebagai topping biasanya diberikan taburan gula butir, meses, dengan biji wijen dan kacang tanah yang dicacah, atau parutan keju yang disiram susu kental manis dan diolesi mentega dan margarin yang cukup banyak. Makanan ini juga memiliki banyak varian rasa, diantaranya: coklat, strawberry, nanas, keju, ketan hitam, kacang, dan masih banyak lainnya.
Setiap hari, Bima dan Zayyin berangkat dari rumah kontrakannya sekitar pukul enam pagi dan membutuhkan waktu sekitar lima belas menit untuk sampai di Pasar Lebaksiu, yang tidak lain adalah tempat mereka berjualan. Sekitar dua bulan yang lalu mereka berdua mulai menjual martabak, walaupun mereka terbilang masih baru namun pembelinya sudah cukup banyak, bahkan mereka sudah memiliki banyak pelanggan dan rasa martabaknya tidak diragukan lagi. Tidak heran, karena salah satu dari mereka yaitu Bima pernah bekerja di salah satu Kedai Martabak ternama di Jakarta, dan dari situ dia berencana untuk berjualan martabak dengan mengajak teman akrabnya dari SMA yaitu Zayyin. Awalnya setelah lulus dari SMA, mereka berdua berniat ingin melanjutkan ke perguruan tinggi, namun siapa sangka karena keduanya berasal dari keluarga yang kurang mampu harapan keduanya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi itu harus pupus, dan membuat mereka berdua merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Namun apa yang terjadi tidak seperti yang mereka berdua harapkan, mereka berdua tidak langsung mendapatkan pekerjaan di kota yang terkenal dengan macet dan banjirnya itu. Namanya juga hidup, terkadang hidup itu seperti sebuah kopi, sesempurna kopi yang kita nikmati, kopi juga memiliki punya sisi pahit yang juga akan kita rasakan. Mungkin ini salah satu sisi pahit dari kehidupan Bima dan juga Zayyin. Namun karena hasil kerja keras dan kesabarannya, Bima mendapatkan pekerjaan disalah satu Kedai Martabak ternama di Jakarta, sedangkan Zayyin bekerja sebagai penjual roti keliling. Walaupun mereka berdua hanya bisa mendapatkan pekerjaan tersebut, mereka berdua tetap bersyukur karena mereka percaya bahwa jika menginginkan hasil yang besar, kita harus memulainya dari hal terkecil, dari bawah dan dari nol terlebih dahulu. Setelah sekitar satu tahun mereka merantau di Jakarta, mereka berdua kembali ke kampung halamannya yaitu Desa Lebaksiu. Dari sini mereka memulai bisnis untuk berjualan martabak, dengan modal dari hasil kerja mereka berdua selama di Jakarta, akhirnya mereka memulai bisnis yang di rencanakan oleh Bima.
Setelah mereka berdua sampai di tempat berjualan, mereka segera menyiapkan gerobak serta alat dan bahan yang sudah mereka bawa dari rumah. Karena sudah ada beberapa pembeli yang sudah menunggu untuk membeli martabaknya. Martabak mereka memang banyak pembelinya, terlihat saat mereka yang baru saja datang namun sudah ada beberapa pembeli yang membeli martabaknya, bahkan sebelum mereka datang ke tempat berjualan saja sudah ada pembeli yang menunggunya.
Waktu menunjukkan pukul sembilan malam, waktu dimana Bima dan Zayyin untuk segera berkemas dan pulang ke rumah kontrakannya. Mereka memang berjualan sampai malam, jadi mereka berdua berjualan dari pagi sampai siang, dan melanjutkannya saat sore kemudian sampai malam.
Setelah sampai, mereka berdua duduk santai didepan rumah kontrakannya sambil menikmati kopi yang telah dibuatkan Bima. Mereka berdua memulai obrolannya.
"Akhirnya bisa istirahat juga ya, Bim." ucap Zayyin memulai obrolannya dengan Bima.
"Iya, tapi syukuri aja martabak kita laris manis." balas Bima.
"Iya, Bim. Oh ya, coba lo itung dulu uangnya, kayaknya dapet banyak deh, soalnya martabak kita terjual sampe habis."
"Iya bentar, gue ambil dompetnya dulu." ucap Bima sambil beranjak dari duduknya untuk mengambil sebuah dompet yang dia letakkan di atas lemari.
"Nih, lo aja yang ngitung." Zayyin memberikan dompet tersebut kepada Bima.
 "Yaelah disuruh ngitung aja nggak mau, nggak bisa ngitung atau gimana? Haha yaudah sini." ledek Bima.
"Terserah deh mau ngomong apa." jawab Zayyin kesal.
"Wih, dapet tujuh ratus delapan puluh ribu nih, gila banyak banget coy." ucap Bima setelah menghitung uang yang ada di dalam dompet tersebut.
"Alhamdulillah. Semoga seterusnya dapet segitu terus, kalo bisa sih nambah hahaha."
"Amin, yaudah minum dulu tuh kopinya, keburu dingin." suruh Bima.
Obrolan mereka pun terhenti karena waktu menunjukkan semakin malam, ini berarti mereka harus segera beristirahat, mempersiapkan tenaganya untuk besok pagi karena mereka harus bangun pagi dan berjualan seperti biasanya.
Hari berganti minggu, martabaknya semakin laris manis dan sering habis.
Di sisi lain, dibalik laris manisnya martabak yang di jual oleh Bima dan Zayyin ada penjual martabak lainnya yang memandang sinis, pandangan yang dapat di artikan tidak suka kepada keduanya. Dia adalah Lukman, laki-laki yang berumur tiga tahun lebih tua dari Bima dan Zayyin yang sudah menjadi penjual martabak sekitar satu tahun yang lalu. Martabaknya memang sudah dikenal terlebih dahulu oleh banyak orang, namun sayangnya dia merupakan penjual yang kurang ramah kepada pembelinya sehingga banyak yang enggan untuk membeli martabaknya. Lukman tidak berjualan sendiri, dia terkadang dibantu oleh adik perempuannya yang bernama Ica, dia merupakan perempuan yang cantik, baik dan ramah, tidak heran jika banyak laki-laki yang suka kepadanya.
"Sial, semenjak mereka berdua jualan di sini, martabakku jadi sepi pembeli." ucap Lukman kesal dalam hati sambil mengamati Bima dan Zayyin yang sedang membuatkan martabak untuk pembelinya.
"Kak." panggil Ica.
"Kakak" panggil Ica lebih keras lagi.
"Kakak!!" teriak Ica dan akhirnya sang kakak pun menoleh ke arahnya.
"Apa sih? Nggak usah pake teriak-teriak segala bisa kan? Emang kamu kira kakak itu tuli ya." omel Lukman.
"Iya iya maaf kak, lagian tadi dipanggil-panggil nggak noleh sih jadi ya gue teriak hehe ngomong-ngomong lagi ngeliatin apa sih kok serius banget?" tanya Ica penasaran.
"E.....enggak kok, nggak lagi ngeliatin apa-apa." elak Lukman.
"Hm yaudah deh. Oh ya dua laki-laki yang jual martabak di seberang sana ganteng ya."
"Hah? Lo suka sama mereka ya?"
"Hahaha yakali gue suka sama dua orang sekaligus, gue sih lebih suka sama yang bajunya warna biru." jelas Ica sambil menunjuk Bima.
"Mau yang warna biru kek, merah atau apapun itu kakak nggak suka kalo lo suka sama penjual martabak itu."
"Loh? Emangnya kenapa kak? Aneh banget sih."
Tanpa menjawab pertanyaan dari adiknya, Lukman langsung meninggalkan Ica dan pergi ke sebuah toko untuk membeli beberapa bahan yang dibutuhkan.
Ica heran dan memandangi kakaknya yang langsung pergi meninggalkannya tanpa menjawab pertanyaannya terlebih dahulu.
Di sisi lain ternyata diam-diam Bima melihat Lukman yang terlihat tidak menyukai keberadaanya untuk berjualan martabak, terlihat tidak ada satu orang pun yang membeli martabak yang dijual Lukman. Bima juga melihat saat Lukman dan adiknya yang sempat berdebat sedikit, dan dia juga memperhatikan adik Lukman yang tidak lain adalah Ica. Dia sepertinya menyukai Ica, menurutnya dia adalah perempuan yang baik, lucu, dan mandiri.
"Perhatiin penjual martabak di seberang kita deh, kayaknya dia nggak suka sama kita ya." ucap Bima kepada Zayyin.
"Dia iri kali sama kita, liat aja nggak ada yang beli."
"Hus, jangan gitu lah."
"Emang bener kan? Yaudah sih nggak usah perduliin, nggak penting banget. Haha."
Sambil menikmati kopi di beranda rumah kontrakannya, Bima dan Zayyin pun berbincang-bincang.
"Bim, gue lagi suka sama cewek, dia cantik, kelihatannya juga baik dan dia suka bantuin kakaknya. Menurut lo gimana?"
"Emang kalian udah saling kenal? Ajak kenalan dulu kali."
"Belum sih, nunggu waktu yang tepat dulu."
"Ngomong-ngomong kok kita sama ya? Gue juga lagi suka sama cewek, dia juga cantik, baik, lucu, suka bantuin orang lain, kelihatannya juga dia cewek yang mandiri."
"Masa sih? Loh kok bisa kebetulan gini ya? Hahaha terus lo udah tau namanya?"
"Belum lah hahaha besok mau gue ajak kenalan. Kalo udah jadian entar gue kenalin sama lo deh."
"Hahaha oke."
Dua hari berlalu, Bima sedang berada di sebuah supermarket, dia sedang membeli bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat martabak, Bima tidak bersama Zayyin, karena dia sedang tidak enak badan. Di dalam supermarket tersebut tidak disangka ternyata Bima bertemu dengan Ica, perempuan yang bisa membuatnya jatuh hati pada pandangan pertama. Tidak disengaja keduanya mengambil sebuah bahan yang saat itu hanya ada satu, dan kedua tangan mereka saling bersentuhan.
"Maaf." ucap Ica.
"Iya nggak apa-apa kok. Aku yang seharusnya minta maaf." balas Bima.
Ica memberi sebuah anggukan tanda tidak apa-apa, dia merasa salah tingkah jika berada di dekat Bima, orang yang dia sukai dan yang membuatnya buru-buru pergi dari tempat semula dan tidak jadi mengambil bahan yang sebenarnya sangat dia butuhkan.
"Eh tunggu!" cegah Bima.
"Kenapa?" Ica menoleh dengan pipi yang warnanya berubah menjadi sedikit merah.
"Lo nggak jadi beli bahan ini?"
"Enggak, itu buat lo aja entar gue beli di supermarket yang lain."
"Oh yaudah deh, makasih ya, ngomong-ngomong lo cewek yang jual martabak di seberang martabak gue kan?"
"Iya, tapi itu martabak punya kakak gue, gue cuma bantuin dia."
"Oh ya, gue Bima, nama lo siapa?"
"Gue Ica."
"Salam kenal ya, oh ya mau pulang bareng nggak? Sekalian gue anterin lo beli bahan di supermarket lain."
"Nggak usah deh, entar ngerepotin." tolak Ica.
"Enggak kok, sekalian buat tanda pemintaan maaf gue, mau ya?"
"Yaudah deh."
Kemudian mereka berdua berjalan bersama ke kasir untuk membayar bahan-bahan yang mereka beli, dan setelah itu Bima mengantar Ica ke supermarket lain untuk membeli bahan yang belum sempat Ica beli. Setelah selesai, Bima mengantarkan Ica pulang sampai ke rumahnya dan dia pamit untuk segera pulang.
Setelah sampai di rumah kontrakannya, Bima segera masuk dan menemui Zayyin. seperti ada sebuah badai yang telah menerjang rumah kontrakannya, tiba-tiba sifat Zayyin berubah seketika, dia menjadi seorang yang sangat dingin dan tidak bisa menahan emosinya. Zayyin merasa dikhianati oleh orang yang paling dekat dengannya, orang yang sudah dia sebut sebagai sahabat bahkan dia menganggap Bima sebagai saudaranya. Dia tidak percaya, orang yang sangat dia percayakan justru orang yang paling beresiko untuk menyakitinya. Siapa sangka, kedua teman yang sudah akrab dari SMA ini, Bima dan Zayyin menyukai satu orang yang sama. Ternyata pada beberapa malam yang telah berlalu, Zayyin menceritakan tentang orang yang dicintainya kepada Bima, begitu pun sebaliknya. Sayangnya, keduanya tidak ada yang tahu jika perempuan yang dimaksud keduanya adalah orang yang sama, yaitu Ica.
"BRUK!" sebuah hantaman keras mendarat di pipi Bima.
"Dasar pengkhianat!" ucap Zayyin yang tidak bisa menahan emosinya.
"Lo kenapa sih? kenapa tiba-tiba kayak gini? Tenang dulu, coba jelasin dulu masalahnya apa." tanya Bima sambil memegang pipinya yang terasa sakit karena dihantam keras oleh Zayyin.
"Jelasin? Apa lagi yang harus dijelasin? Semuanya udah jelas."
"Serius, gue nggak tau apa-apa. Jelasin kenapa lo tiba-tiba kayak gini sama gue."
"Lo tadi boncengan naik motor kan sama Ica? Cewek yang jual martabak di seberang tempat kita jualan. Orang yang selalu gue ceritain sama lo tiap malem, lo dengerin cerita gue tapi diem-diem juga lo ngerebut dia dari gue. Dasar pengkhianat!" ucap Zayyin dengan emosi dan dengan suara parau.
"Gue salah besar karena gue udah naruh semua kepercayaan gue sama lo, dan lo emang bener-bener nggak bisa gue percayain. Mungkin nggak usah ada lagi kata 'temen' diantara kita. Gue nggak mau jualan lagi sama pengkhianat kayak lo, dan gue akan pergi dari sini." ucap Zayyin dan dia segera masuk ke kamarnya untuk mengambil barang-barangnya dan segera pergi dari rumah kontrakan itu.
Bima hanya bisa diam, dia tidak bisa berbuat apa-apa, dia tidak mencegah Zayyin untuk mendengarkan penjelasannya, dia sangat shock dengan apa yang terjadi kepada dirinya dan Zayyin pada saat itu juga. Dia tidak menyangka, orang yang dicintainya ternyata sama dengan orang yang dicintai teman akrabnya itu. Dia hanya bisa merenungkan kejadian yang sudah terjadi.
Keesokan harinya, Bima tidak berniat untuk berjualan karena dia merasa tidak ada semangat untuk berjualan. Ya, karena kejadian semalam yang membuat Zayyin pergi dari rumah kontrakannya dan tidak bisa berjualan lagi bersamanya. Dia hanya berbaring di tempat tidurnya mengingat kejadian semalam, juga mengingat awal pertemanan mereka, melewati susah senang bersama, namun karena kejadian semalam semuanya berubah secepat itu. Dia hanya bisa menyesal, menyesal mengapa dia tidak tahu bahwa teman akrabnya mencintai orang yang sama dengannya? Bima menenangkan dirinya sendiri, tidak sepatutnya dia menyalahkan dirinya sendiri, tidak ada yang bisa disalahkan dalam hal ini, semuanya berjalan seperti air yang mengalir mengikuti arus. Bima ataupun Zayyin tidak ada yang salah diantara mereka, hanya salah paham saja yang terjadi diantara keduanya.
Sudah tiga hari Bima tidak menjual martabaknya, namun hari ini dia memantapkan untuk pergi berjualan, dia tidak bisa terus-terusan terpuruk seperti ini, dia harus bangkit lagi dan melanjutkan usahanya. Dia percaya bahwa masalahnya dengan Zayyin akan segera terselesaikan, namun Bima sedang menunggu waktu yang tepat untuk menemui Zayyin dan menjelaskan semua kepadanya. Sudah banyak pembeli yang mencari martabaknya di saat dia tidak menjual martabaknya, tidak sedikit pula yang merasa kecewa. Dan hari ini, sudah kembali seperti biasanya, sudah ada beberapa pembeli yang mengantri untuk membeli martabaknya.
Sudah seminggu berlalu semenjak Bima berjulan martabaknya sendiri, martabaknya semakin sepi pembeli dan sering kali tidak habis. Banyak pembeli yang komplein, rasanya tidak seenak dulu, banyak yang berubah dari martabaknya. Bima tahu alasannya, karena dia tidak berjualan sepenuh hati, dia masih terpuruk, dalam membuat adonannya dia tidak sepenuh hati padahal sesuatu yang dikerjakan dengan sepenuh hati akan terasa lebih enak, itu kunci dari resep martabaknya yang dulu menjadi favorit banyak orang.
Melihat penjual martabak di seberangnya sepi pembeli, Lukman merasa puas karena sudah tidak ada lagi penjual martabak yang menyaingi martabaknya. Tidak sia-sia beberapa minggu yang lalu dia memeberitahukan salah satu diantara keduanya bahwa salah satu temannya memboncengkan adiknya, dia tahu bahwa dua orang teman akrab itu menyukai adiknya dan dia menggunakan cara licik ini agar persahabatan keduanya terpecah belah sehingga tidak ada lagi yang menghalanginya untuk menjadi penjual martabak yang mencuri hati pelanggannya. Di lain sisi, ternyata Ica juga mengamati Bima, dia merasa ada yang aneh dari orang yang sedang dia amati, dia heran mengapa Bima terlihat terpuruk? Oh ya satu lagi, mengapa Bima hanya berjualan sendiri dan tidak bersama Zayyin? Kedua pertanyaan itu menyelimuti otak Ica. Ica menoleh ke arah kakaknya, terlihat kakaknya sedang tersenyum puas, dia heran mengapa kakaknya seperti itu dan dia menanyakan alasannya kepada kakaknya.
"Kenapa kak kok kelihatannya seneng banget?" tanya Ica yang penasaran.
"Gimana nggak seneng, liat tuh penjual martabak di seberang kita sekarang sepi pembeli. hahaha." ucap Lukman sambil tertawa puas.
"Loh kok kakak malah seneng sih? Kasian tau, nggak boleh kayak gitu kak."
"Lo tuh kenapa sih, harusnya kita seneng dong saingan kita lagi ada di bawah dan sekarang martabak kita yang lagi rame."
Ica hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sifat kakaknya yang tidak boleh ditiru itu.
"Nggak sia-sia adu domba pertemanan mereka berdua hahaha."
Ica yang mendengar pernyataan kakaknya itu langsung kaget dan menanyakan pada kakaknya.
"Hah? Apa kak?"
"Jadi gini loh dua orang penjual martabak itu kan sama-sama suka kamu, dan pas kamu diboncengin salah satu dari dua orang itu, kakak ngasih tau orang yang satunya. Denger-denger sih mereka berantem hebat hahaha." jelas Lukman kepada Ica.
"Jadi...........ini nggak bisa dibiarin!" ucap Ica dan dia langsung pergi.
Ica menghampiri Bima, dia berniat menanyakan apa yang terjadi, dan jika benar ada hubungannya dengan dirinya, dia akan membantunya.
"Hei Bim." sapa Ica kepada Bima yang terlihat sedang melamun.
"Eh kamu Ca, ada apa?" jawab Bima terbangun dari lamunannya.
"Gini, gue mau tanya sama lo, kenapa lo keliatan murung gitu sih dan lebih banyak ngelamun? Lagi ada masalah ya? Kalo boleh, cerita aja barang kali gue bisa bantu. Oh ya, Zayyin mana? Kok tumben dia nggak ada?" tanya Ica panjang lebar.
"Hm, gimana ya.."
Awalnya Bima merasa bingung, akankah dia akan menceritakan kepada Ica? Namun jika tidak, dia pasti akan merasakan penyesalan lebih dalam lagi. Dan akhirnya Bima menceritakan semua yang terjadi pada dirinya kepada Ica.
"Jadi bener?" tanya Ica memastikan.
"Hah? bener gimana Ca? Jadi kamu tau?" tanya Bima kaget.
"Zayyin cuma salah paham, dan dibalik ini kakak gue yang ngerencanain semua ini." jelas Ica kepada Bima tentang kakaknya yang melakukan cara licik kepada Bima dan Zayyin.
"Kita harus nemuin Zayyin dan jelasin semuanya sama dia."
"Iya Ca, Gue beresin semua ini dulu ya, tunggu bentar."
Setelah membereskan semua alat dan bahan, Bima dan Ica segera menuju ke rumah Zayyin untuk menjelaskan yang sebenarnya terjadi. Awalnya Zayyin tidak ingin menemui keduanya, namun setelah dibujuk oleh orang tuanya Zayyin mau menemui Bima dan Ica.
"Zayyin, gue ke sini mau jelasin semuanya yang sebenernya terjadi. dan sebelumnya gue minta maaf dulu sama lo. Maaf karena gue terlalu egois dan cuek sama lo. Gue egois, gue cuma mikirin perasaan gue doang, gue juga cuek sama lo, gue nggak tau kalo orang yang lo suka itu ternyata Ica, orang yang juga gue suka. Tolong maafin gue, gue nggak mau kehilangan temen kayak lo, gue juga udah anggap lo sahabat gue, bahkan saudara gue juga. Gue nggak mau cuma gara-gara ini persahabatan kita hancur." jelas Bima kepada Zayyin dengan perasaan bersalahnya.
Zayyin masih terdiam.
"Iya Zayyin, tolong dengerin penjelasan kita berdua, maafin kita berdua juga. Dalam hal ini lo sama Bima nggak salah, yang salah itu kakak gue karena dia mengadu domba kalian berdua biar dia bisa merebut kembali pembeli yang sekarang beli di tempat kalian berdua." Ica menjelaskan semua yang terjadi sebenarnya.
"Hah? Jadi.............." Zayyin kaget atas apa yang di ucapkan Ica.
"Iya Zayyin, semua tuh karena ulah kakak gue, jadi lo tuh cuma salah paham aja sama Bima. Ngomong-ngomong soal perasaan itu, jadi awalnya gue suka sama Bima, cuma ternyata lo juga suka sama gue, dan gue nggak mau jadi perusak hubungan persahabatan kalian, jadi gue memutuskan buat sahabatan aja sama kalian berdua, Bima juga kok."
"Iya, Zayyin." lanjut Bima.
"Kalo masalah itu gue udah nggak terlalu mempermasalahin kok, kalo kalian sama-sama suka dan mau ada status juga nggak apa-apa. Gue aja yang terlalu egois, mementingkan diri sendiri dan memaksakan perasaan orang lain. Maafin gue ya Ca." jawab Zayyin.
"Bim, maafin gue ya, maafin gue waktu kejadian itu, gue emang egois dan gak bisa mengendalikan emosi, gue egois karena cuma mikirin perasaan sendiri dan menginginkan semua yang gue inginkan biar jadi milik gue dan ternyata gue salah, nggak semua yang kita inginkan bisa kita dapat, gue juga nggak seharusnya ngelarang lo buat suka sama Ica, suka kan hak semua orang hahaha jahat banget ya gue, dan seharusnya gue nggak maksain Ica buat suka sama gue kalo ternyata dia sukanya sama lo. Maafin gue kalo waktu malem itu gue mukul lo, gue bener-bener emosi banget, dan maaf kalo gue langsung pergi aja tanpa perduliin lo. Maafin gue yah Bim." ucap Zayyin mengakui semua kesalahannya.
"Iya sama-sama ya Zayyin, maafin gue juga."
"Yaelah kalian maaf-maafan mulu, emang udah lebaran ya? hahaha." ledek Ica memecahkan keheningan.
"Yeee ngeselin yah ternyata." ucap Bima.
"Tau tuh, ngeselin banget ternyata, kita lagi mellow-mellow gini dia malah bercanda hahaha." lanjut Zayyin.
"Cie jadi udah baikan nih, gitu dong, kan enak liatnya. Intinya jaga persahabatan kalian ya, jangan sampe persahabatan kalian rusak gara-gara hal yang sepele dan salah paham, dan jangan terlalu percaya sama omongan orang lain, karena biasanya mereka iri sama persahabatan kalian jadi bikin kabar yang enggak-enggak deh." ucap Ica menasihati keduanya.
"Siap bos!" ucap keduanya berbarengan.
"Ke rumah gue yuk." ajak Ica.
"Mau ngapain Ca?" tanya Bima.
"Bantu gue buat jelasin semua ke kakak gue kalo yang dia lakukan selama ini nggak baik dan tentunya dia harus minta maaf ke kalian berdua." jelas Ica pada keduanya.
"Yaelah Ca, minta maaf nggak usah dipaksa kali." jawab Zayyin.
"Tapi kalo nggak gitu caranya, dia pasti akan melakukan hal yang sama lagi, dan ini nggak bisa dibiarin."
"Yaudah yuk." ajak Bima.
Setelah sampai dirumah Ica, mereka bertiga langsung menemui Lukman, Ica menjelaskan semuanya kepada kakaknya. Lukman mengakui kesalahannya dan akhirnya dia mau meminta maaf pada Bima dan Zayyin.
"Maafin gue yah, maaf kalo gue udah ngehancurin persahabatan kalian berdua. Gue ngaku salah dan gue nggak bakal mengulanginya lagi." ucap Lukman meminta maaf pada Bima dan juga Zayyin.
"Iya, kita maafin kok, Mas." jawab Bima dan Zayyin.
Akhirnya semua masalah terselesaikan, Bima dibantu Ica menjelaskan semuanya kepada Zayyin tentang apa yang sebenarnya terjadi, dan hubungan persahabatan Bima dan Zayyin kembali seperti dulu lagi, dan juga Lukman yang mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada Bima dan Zayyin dan berjanji tidak akan mngulang kesalahannya lagi.
"Oh ya gue ada ide, gimana kalo kita berempat bekerja sama buat buka usaha Kedai Martabak? Jadi selain menjual martabak, kita juga nanti jual hidangan pendamping martabak, kayak minuman gitu, dan kita lebih memperbanyak varian rasa juga mengkombinasi rasa-rasa yang udah ada menjadi rasa yang baru, tempatnya juga dipasang wi-fi, jaman sekarang tempat-tempat kayak gitu yang lagi nge-hits di semua kalangan, gimana?" usul Ica kepada ketiga laki-laki yang berada di depannya.
"Ide menarik tuh, gue setuju!" jawab Bima.
"Gue setuju banget!!!" jawab Zayyin dengan semangat.
"Bagus. Kalo kakak gimana?"
"Setuju banget lah, lagian di sini juga belum ada yang buka usaha kayak gitu, semoga usaha kita laris manis ya." jelas Lukman.
"Amin." jawab Ica, Bima dan Zayyin.
"Jadi pada setuju semua nih? Yeay!!!. Oke, secepatnya Kedai itu akan buka." lanjut Ica dengan penuh semangat.
Dua minggu kemudian, tepatnya di Jalan Jenderal Sudirman No. 22 Desa Lebaksiu terdapat sebuah Kedai Martabak yang menyajikan martabak dengan berbagai varian rasa, dilengkapi dengan berbagai minuman diantaranya jus, soft drink, kopi, coklat, susu dan minuman lainnya, kedai ini juga dilengkapi dengan wi-fi. Kedai martabak itu bernama "Kedai Martabak PELANGI". Mereka berempat mengambil nama tersebut untuk kedainya karena menurut mereka pelangi memiliki warna yang berbeda, namun walaupun berbeda tetapi tetap indah menyatu begitu juga dengan martabak yang mereka sajikan di kedainya dengan varian rasa yang berbeda, walaupun berbeda tetapi sama-sama lezat saat dinikmati dan juga untuk persahabatan keempatnya, dalam sebuah persahabatan pasti mempunyai banyak perbedaan, namun perbedaan itulah yang membuat indah dalam sebuah persahabatan.


















PROFIL PENULIS
Description: C:\Users\ASUS\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\IMG_20151126_123722.jpgMONICA RIZQI FATMAWATI
Lebih dikenal dengan nama Monica, lahir 16 tahun yang lalu di Tegal pada tanggal 22 Juni 1999. Gadis yang berzodiak cancer ini sedang menempuh pendidikannya di SMA Negeri 1 Slawi, dan sekarang ia kelas XI. Sejak kecil ia sudah hobi membaca dan mulai suka menulis saat duduk di bangku SMP, sejak disuruh mengarang bebas oleh Guru Bahasa Indonesia. Selain itu hal yang disukainya adalah mengoleksi novel, menonton dan menikmati hujan. Menurutnya, saat hujan turun ia merasa damai, karena hanya suara rintikan hujan yang ia dengar, dan disaat itu juga ia merasa lebih bersyukur. Ia sedang merajut mimpinya untuk menjadi seorang penulis, ia mulai menuangkan pengalaman pribadinya ke dalam tulisan. Gadis penyuka warna ungu ini bercita-cita agar masuk ke jurusan sastra, agar ia bisa mewujudkan mimpinya seperti penulis favoritnya yaitu Raditya Dika dan Dwitasari. Dan dia ingin saat mimpinya terwujud ada orang spesial yang bilang "Kalo buku lo udah terbit, gue harus jadi orang pertama beli buku lo dan dapet tanda tangan dari lo." Dia sangat aktif di semua sosial media dan bisa dihubungi lewat sosial medianya.
Twitter: @rizqimo
Facebook: Monica Rizqi
Blog: www.rizqimonica.blogspot.com
Dan semua sosmednya @rizqimo



First cerpen yang aku bikin nih, di latar belakangi oleh tugas Bahasa Indonesia wkwkwk. Maklum masih amateur, semoga dari penulis yang amateur bisa menjadi penulis profesional. Huahahaha amin btw setelah sekian lama bikin blog baru ngepost karya sendiri nih.
Oke bhay ♡

Minggu, 14 September 2014

#WhoAmI




"Hati adalah ukuran  yang membedakan antara kebaikan dengan kehebatan" - Michael Jordan

"Yang dikenang dari kita nanti bukan kekayaan, kesuksesan atau kemamkuran, tetapi dari kebaikan, kemurah-hatian, dan keramahan kita"

"Dalam filosofi cina, kepemimpinan adalah karakter. orang dengan karakter yang hebat akan berkembang seiring waktu menjadi seorang pemimpin hebat" - Donald Krause

"Kita hidup dengan apa yang kita peroleh. tapi, kita memperoleh kehidupan dengan apa yang kita beri" - Winston Churcill

"Kalau kalian mencari segala hal yang aman dalam hidup ini, itu sama saja kalian telah memutuskan untuk tidak berkembang" - Shirley Hufstaedler

"Jika kelak kalian punya anak dan mau anak kalian bisa kuat dalam menjalani hidup, jangan terlalu dimanja. biarkan mereka sedikit merasakan kedinginan dan kelaparan". - Peribahasa Cina

"Hiasilah hidup dengan humor. bercandalah. karena senda gurau itu melambangkan kehidupan yang harmoni."

"Yakinlah bahwa kehidupan yang kalian kejar cukup berharga untuk diperjuangkan hingga ajal menjemput" - Charles Mayes

"Kalau kalian ingin melihat masa lalu, lihatlah keadaan kalian saat ini. kalau kalian ingin melihat seperti apa masa depan, lihatlah seberapa keras usaha kalian saat ini" - Peribahasa Cina

"Jika kalian ingin suskes dua kali lipat, maka lipat gandakan lah kegagalan. tanpa banyak mengalami kegagalan, kalian tak akan merasakan kesuksesan yang luar biasa" - Thomas J. Watson

"Kalau kalian ingin dicintai, cintailah orang lain dan jadilah orang yang tepat dicintai" - Benjamin Franklin
"Kalian harus 'tahan melihat ulat' kalau ingin melihat 'indahnya kepakan kupu-kupu'. kesuksesan itu ditentukan seberapa keras proses yang kalian perjuangkan." - Antoine de Saint

Quotes #RaksasaDariJogja

  • Masa depan keluarganya tidak akan seindah masa depan keluarga-keluarga lainnya.
  • Dua orang yang dulu pernah menyatu hati namun berjalan sendiri-sendiri, seolah-olah mereka lupa akan sesuatu yang telah mempersatukan mereka, yakni cinta.
  • Apakah bisa disebut cinta jika dari awal mereka begitu bahagia, merengkuh tapak demi tapak bersama-sama, tapi ditengah perjalanan mereka patah arah dan berpisah?
  • Untuk apa mereka bersatu jika ditengah jalan mereka terpisah dan berpegang teguh pada keyakinan mereka sendiri?
  • Dalam hal membanting barang, mereka tak tertandingi.
  • Cinta hanyalah bebunyian yang menimbulkan kegaduhan.
  • Tapi yang mereka perlihatan setiap hari adalah amarah yang membuncah dengan liarnya.
  • Ketakutan yang didasari karena tetap menginginkan keluarga ini utuh.
  • Utuh saja sudah cukup. menjadi satu sudah cukup walau tanpa cinta, walau harus dengan paksaan.

  • rasa takut dan diam dalam keadaan yang sungguh tak ia suka.
  • Cinta hanya memunculkan ketakutan-ketakutan baru.
  • Cinta hanyalah omong kosong yang dipercayai oleh orang-orang tolol, dan rasa takutlah yang sebetulnya nyata, rasa takutlah yang menjadikan semuanya nyata.
  • Cinta hanyalah mimpi.
  • Di dunia ini nggak ada yang 100 persen bahagia dan 100 persen menderita.
  • Jejaring sosial cuma mebuat kita merasa dekat, bukan benar-benar dekat.
  • Jatuh cinta itu sakit. namanya juga jatuh, pasti berdarah, pasti ada yang luka.
  • Dari pengen tau, bisa jadi perhatian. dari perhatian, bisa jadi suka. dari suka, bisa jadi sayang. dari sayang bisa jadi cinta. lo harus hati-hati sama yang namanya rasa pengen tau, karena rasa itu bisa membawa lo ke arus yang bahkan nggak lo tau muaranya.
  • Biasa, manusia. kalo enggak ada masalah ya jadi robot aja.
  • Kehilangan seseorang yang terbiasa terjangkau oleh tatapan mata adalah hal yang menyakitkan.
  • Enggak tau kenapa. Jogja selalu ngangenin banget. siapa pun yang pernah kesini pasti ingin kembali.
  • Itulah Jogja, terlampau istimewa.
  • Banyak orang mengatakan bahwa jodoh tak akan kemana, bahwa jodoh akan dipertemukan kembali setelah perpisahan terjadi.
  • Hujan mampu membuat seseorang mengingat masa lalunya.
  • Mencintai selalu diiringi rasa sakit. siap mencintai siap disakiti.
  • Untuk tau arti bahagia yang sebenarnya. bahagia ada karena kita tau rasa sakit.
  • Mengapa selalu saja ada kesedihan, setiap kali kebahagiaan mulai menyentuh hari-harinya.
  • Usaha itu gaya dikali perpindahan. kalo usaha nol, dan perpindahan nol, berarti kamu cuma gaya, dong.
  • Aku diam karena percaya bahwa akan ada waktunya kalian tau kebenaran yang ada.
  • Wujud mencintai adalah memaafkan.
  • Cinta bisa datang karena terbiasa.
  • Cewek itu kalo bilang gak papa itu pasti kenapa-kenapa.
  • Apakah bahagia dan sedih selalu satu paket?
  • Terbiasa belum tentu benar. dan...... hal yang baru belum tentu salah.
  • Tuhan memberi masalah karena Ia punya rencana pendewasaan untuk kita, makhluk kecintaanNya.
  • Tuhan tak berjanji untuk menyelamatkan manusia dari badai, tapi Dia berjanji tetap bersama makhluk kecintaanNya saat melewati dan menerjang badai.
  • Ada tiga jawaban Tuhan untuk menjawab permintaan manusia. ketiga jawaban itu adalah iya, tidak dan tunggu.
  • Tuhan memang sutradara kehidupan, tapi manusia tak pantas jika harus terus-menerus menyalahkan.
  • Kesalahan terbesar manusia adalah saat ia tak bisa memilih hal-hal yang patut diperjuangkan dan juga pantas untuk ditinggalkan.
  • Tuhan menghitung setiap tetesan air mata kesedihan dan akan menggantinya dengan jutaan kebahagiaan.
  • Dua manusia bersatu untuk mrnyimpan cinta. seorang aku dan seorang kamu telah menjadi kita. meredam egoisme, menyatuka idealisme. melupakan erbedaan, mengakhiri beban.

Quotes #JatuhCintaDiamDiam

  • Aku ingin mengetahui seberapa parah lukanya. Apakah separah yang ku rasakan?
  • Harusnya dia sudah terbiasa dengan luka itu-- layaknya aku yang terbiasa dengan luka yang dia berikan.
  • Aku hanya wanita yang senang menunggu, selalu menunggu, dan mengharapkan dia datang. Terlalu tinggi kah harapan seperti itu?
  • Mencintai seseorang yang begitu dekat, tapi cinta yang selalu bertumbuh itu tak pernah menyentuh dan menjamah.
  • Sejak mengenal dia, mungkin aku tambah bodoh.
  • Aku selalu jadi pendengar yang baik, juga penonton yang tak banyak mengeluh.
  • Aku mencintainya, cinta yang berusaha ku sembunyikan dalam setiap sikap dinginku.
  • Laki-laki itu, laki-laki yang ku cintai diam-diam.
  • Orang yang pernah membuatmu tertawa paling kencang adalah orang yang akan membuatmu menangis paling kencang.
  • Kamu hanya perlu memercayai kata hatimu, kadang yang terlihat belum tentu yang sesungguhnya terjadi.
  • Begitu kuat, begitu dalam. Sampai saya tak temukan lagi alasan, mengapa harus kamu yang saya cinta?
  • Cinta memang gaib. Begitu gaib, sampai-sampai membuat mereka yang berbeda dalam segala hal bisa bertemu, saling tau, dan bisa saja saling cemburu.
  • Tapi apa yang lebih manis dari digoda teman-teman lain seperti semasa SD dulu? Saat perempuan dan lelaki duduk berdua pasti ada saja celoteh yang bikin gemas, canggung, tapi ada kebahagiaan lain yang sulit dijelaskan.
  • Rindu sama seperti cinta -- tak berkesudahan.
  • Jatuh cinta diam-diam. Saling merasakan, tapi belum ada yang mau mengungkapkan.
  • Dia yang selalu membuatku tersenyum ketika aku membayangkannya.
  • Aku selalu takut kehilangan dia, sosok yang belum benar-benar aku miliki.
  • Aku tidak bisa menolak untuk tidak mencintai dan merindukannya.
  • Aku belum berani mengungkapkan rasa, aku memilih jatuh cinta diam-diam. Dalam keadaan menyembunyikan perasaan seperti ini, aku tetap bahagia. Kebahagiaan itu sulit aku jelaskan. Ruang untuk mencintainya semakin besar dan aku tak mengerti mengapa sampai saat ini aku belum benar-benar berhasil menggapainya. Munginkah dia terlalu tinggi untukku? Apakah dia terlalu sempurna untuk ku genggam?
  • Rasa ingin tau ternyata bisa berevolusi jadi perasaan sayang.
  • Terkadang kita harus meninggalkan sesuatu yang penting demi sesuatu yang jauh lebih penting.

  • Sangat menyakitkan jika kamu ingin menolong seseorang, tapi kamu merasa bahwa kamu bukan siapa-siapa sehingga kamu tak punta hak untuk menolongnya.
  • Gue bukan siapa-siapanya dia dan gak akan pernah jadi siaa-siapa. Dia sayang sama lo, bukan gue.
  • Bukankah memendam cinta adalah satu-satunya yang bisa dia lakukan?
  • Cintanya yang terpendam akan terus terkubur.
  • Aku bisa bergonta-ganti topeng semauku, aku bisa menjadi diriku yang ku inginkan.
  • Aku jatuh cinta kepada sosok yang belum pernah ku genggam jemarinya, yang tak pernah ku rasakan hangat sinar matanya, yang peluknya belum pernah menyentuh tubuhku.
  • Aku merindukannya, seandainya dia berada begitu dekat bersamaku.

  • Nggak semua hal yang di miliki Jogja juga di miliki kota lain.
  • Aku nggak mau berharap terlalu tinggi, kalau jatuh, pasti sakit banget.
  • Aku masih jatuh cinta diam-diam. bagiku, tak mungkin seorang cewek mengungkapkan perasaanya lebih dulu. tak mungkin aku berkata cinta kepadanya lebih dulu.
  • Perempuan kadang tak berterus terang tentang apa yang ada didalam hatinya. aku kira kamu memahami hal itu, ternyata nggak.
  • Aku gak mudah berbicara lewat perkataan, aku lebih nyaman menulis segalanya lewat tulisan.